Beranda / News

Kemenkes Galakkan Vaksin DBD, Kurangi Penggunaan Fogging untuk Berantas Nyamuk

news.terasjakarta.id - Rabu, 14 Juni 2023 | 19:00 WIB

SHARE
Share Whatsapp Share Facebook Share Twitter Share Link
Kemenkes galakkan vaksinasi demam berdarah dengue untuk mengurangi penggunaan fogging dalam pencegahan penyakit DBD. (ist)

Kemenkes galakkan vaksinasi demam berdarah dengue untuk mengurangi penggunaan fogging dalam pencegahan penyakit DBD. (ist)

JAKARTA, TERASJAKARTA.ID - Kementerian Kesehatan melalui Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dr. Imran Pambudi, MPHM mengungkapkan saat ini tengah menggalakkan vaksinasi DBD sebagai salah satu vaksin program atau vaksin dasar lengkap.

Pihaknya telah berkoordinasi dengan Direktorat Imunisasi dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) untuk mewujudkan program ini.

Menurut Imran, vaksinasi penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu intervensi yang efektif untuk menanggulangi penyakit DBD di Indonesia.

Baca Juga : Tetap Waspada! Kasus Demam Berdarah Masih Merajalela di Indonesia

"Meskipun sudah ada izin edar dari BPOM, Kemenkes secara program bekerja sama dengan Direktorat Imunisasi dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) untuk memasukkan vaksin ini ke dalam vaksin program atau imunisasi dasar lengkap," jelas Imran pada Rabu, 14 Juni 2023.

Saat ini, sudah terdapat jenis vaksin DBD yang telah mendapatkan izin edar dari BPOM.

Jenis vaksin yang telah mendapatkan izin edar ini di antaranya, vaksin Dengvaxia dan vaksin Qdenga.

Selain menggalakkan vaksinasi DBD, Kemenkes juga tengah berupaya untuk mengurangi penggunaan fogging untuk memberantas sarang nyamuk.

Baca Juga : Kemenkes Bakal Perketat Aturan Vape di Indonesia, Tak Bisa Diperoleh dengan Mudah

Hal ini dilakukan karena penggunaan fogging dapat merusak lingkungan serta menimbulkan resisten pada nyamuk.

Dengan kata lain, fogging dapat membuat nyamuk kebal dengan racun fogging.

"Saatnya sudah meminimalkan penggunaan fogging, yang harus dilakukan adalah pemberantasan sarang nyamuk yang harus dilakukan secara massal, berkesinambungan, dan kalau endemis, ini harus dilakukan sepanjang tahun," tutur dr. Imran.

Baca Juga : Kemenkes Hapus Aturan Regimen, Vaksinasi Covid-19 Booster Bisa Pakai Semua Jenis Vaksin

Melansir dari laman Sehat Negeriku, menyambut musim kemarau yang telah terjadi di Indonesia, nyamuk dengue akan semakin ganas bila berada di cuca yang tinggi.

Oleh karena itu, masyarakat diminta agar semakin waspada untuk melakukan berbagai tahap pencegahan pertumbuhan nyamuk dengue.

Berdasarkan data yang diungkapkannya, ketika suhu udara di atas 30 derajat, frekuensi nyamuk menggigit akan meningkat 3-5 kali lipat dari biasanya.

Terutama pada saat terjadinya fenomena El Nino, kasus semakin meningkat.

Baca Juga : Status Darurat Dicabut, Kemenkes Terus Percepat Vaksinasi Covid-19 Booster Kedua

Kasus Demam Berdarah di Indonesia

Kasus Demam Berdarah atau kerap dikenal dengan DBD masih merajalela dan menjadi masalah yang cukup mengkhawatirkan di Indonesia.

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kementerian Kesehatan RI telah melaporkan terkait akumulasi kasus DBD sepanjang tahun 2022 lalu yang telah mencapai 143.266 kasus.

Berdasarkan jumlah kasus Demam Berdarah tersebut, sekitar 1.237 orang telah dilaporkan meninggal dunia.

Baca Juga : Waspada Penularan MERS-CoV, Jemaah Haji Diimbau Kemenkes untuk Terapkan Hidup Sehat

Sementara itu, sampai minggu ke-19 di tahun 2023, jumlah kasus DBD di Indonesia sudah mencapai angka 31.380 kasus dengan 246 kasus yang dinyatakan meninggal dunia.

Melihat dari kondisi ini pun tentunya masyarakat masih tetap harus waspada, terutama untuk anak-anak yang memang menjadi salah satu kelompok paling berisiko tinggi untuk terkena DBD.

Seperti yang diketahui, infeksi dari DBD ini disebabkan oleh adanya gigitan dari nyamuk aedes aegypti yang mengandung virus dengue, yaitu DENV-1, 2, 3 ,4.

Infeksi virus itu akan menimbulkan gejala demam tinggi, muntah, sakit kepala, mual bahkan nyeri.

Baca Juga : WHO Cabut Status Darurat Global COVID-19, Kemenkes Imbau Masyarakat untuk Tetap Waspada

Apabila infeksi itu sampai menyebar ke dalam otak, kemungkinan besar kondisinya akan menjadi sangat serius dan bisa menyebabkan kematian.

Karena itulah, para orang tua perlu untuk tingkatkan upaya dalam mencegah dan memantau terhadap anak-anak dari kasus DBD.

Ada pula upaya bisa dilakukan untuk cegah kasus DBD, yakni dengan menggunakan metode menguras, menutup dan mendaur ulang (3M) barang yang biasa dijadikan lokasi nyamuk ketika berkembang biak.

Baca Juga : Vaksin Rutin Anak, Pekan Imunisasi Dunia 2023 Kemenkes Tambah Vaksin Rotavirus

Tak hanya itu, ada langkah lainnya seperti menaburkan bubuk larvasida di tempat penampungan air sulit untuk dibersihkan, menggunakan kelambu saat tidur, gunakan obat anti nyamuk, pelihara ikan yang pemakan jentik, menanam tumbuhan pengusir nyamuk dan sebagainya.

Selain melakukan langkah preventif, orang tua juga harus mengetahui gejala awal dari infeksi DBD ini.
Hal ini dilakukan agar bisa mengambil langkah yang tepat untuk pencegahan serta pengobatan yang benar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

SHARE
Share Whatsapp Share Facebook Share Twitter Share Link