Beranda / News

Hari Gizi Nasional 2023, Angka Stunting di Indonesia Masih Tinggi

news.terasjakarta.id - Rabu, 25 Januari 2023 | 15:27 WIB

SHARE
Share Whatsapp Share Facebook Share Twitter Share Link
Angka stunting di Indonesia masih tinggi. (Freepik/jcomp)

Angka stunting di Indonesia masih tinggi. (Freepik/jcomp)

Penulis : Adinda Salsabila
Editor : Adinda Salsabila

JAKARTA, TERASJAKARTA.IDHari Gizi Nasional yang diperingati pada tanggal 25 Januari setiap tahunnya tak hanya menjadi sebuah peringatan biasa di Indonesia.

Hari Gizi Nasional menjadi momentum penting dalam meningkatkan kepedulian dan komitmen masyarakat untuk membangun gizi yang seimbang.

Pada Hari Gizi Nasional 2023 ke-63 tahun, pemerintah mengusung tema “Protein Hewani Cegah Stunting”.

Baca Juga : Hari Gizi Nasional, Tema dan Sejarahnya

Tema yang diusung pada Hari Gizi Nasional 2023 ini dikarenakan permasalahan stunting di Indonesia belum mencapai target.
Selain itu, mengonsumsi protein hewani juga diketahui menjadi bukti untuk dapat mencegah terjadinya stunting.

Stunting sendiri merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan tinggi badan anak yang berada di bawah standar.

Maka dari itu, di Hari Gizi Nasional tahun ini masyarakat Indonesia diingatkan untuk meningkatkan kepedulian terhadap pentingnya memenuhi gizi yang seimbang dalam upaya mencegah stunting.

Melansir laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 24,4% pada Studi Status Gizi Indonesia di tahun 2019.

Baca Juga : Belajar dari Kasus Indra Bekti, Ini Cara Berobat ke UGD Rumah Sakit Menggunakan BPJS Kesehatan

Meski terjadi penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu 27,7% Studi Status Gizi Indonesia pada tahun 2019, tetapi masih dibutuhkan upaya untuk mencapai target penurunan stunting pada tahun 2024 sebesar 14%.

Tren data Studi Status Gizi Indonesia tahun 2019-2021 menunjukkan bahwa stunting terjadi sejak sebelum lahir. Kemudian, stunting meningkat pada rentang usia 6-12 bulan.

Kondisi stunting saat lahir dapat terjadi akibat kekurangan gizi dan anemia saat remaja sampai kehamilan.

Baca Juga : PRODIA Rayakan Hut 50, Siap Berkontribusi Membangun Kesehatan Bangsa

Oleh karena itu, asupan gizi bagi ibu hamil yang memadai dan memenuhi syarat sangat penting untuk mencegah ibu hamil mengalami kekurangan gizi kronis (KEK) serta anemia yang membuatnya melahirkan bayi stunting.

Sementara itu, gizi ibu menyusui juga penting untuk memastikan kualitas ASI dan MPASI yang memadai dan memenuhi syarat penting untuk menurunkan stunting baru pada usia 6-23 bulan.

Namun, terjadi peningkatan stunting sebesar 1,8 kali lipat pada usia 12-23 bulan yang diakibatkan rendahnya asupan makanan yang bersumber dari protein hewani dalam MPASI.

Baca Juga : 5 Tips Jaga Kesehatan Saat Musim Hujan, Mudah Banget Loh

Ini selarasa dengan data Studi Diet Total/SDT 2014 pada tahap Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI), sebanyak 23,6% balita 0-59 bulan dengan asupan protein kurang dari 80% Angka Kecukupan Protein (AKP).

Dalam hal ini, sumber asupan dari protein hewani berperan penting dalam penurunan sunting.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Headey tahun 2018 menyatakan bahwa adanya bukti kuat antara stunting dengan indikator konsumsi pangan yang berasal dari hewan, seperti telur, daging atau ikan, susu, serta produk olahan keju, yogurt, dan lain-lain.

Baca Juga : Megawati Soekarnoputri Ulang Tahun ke-76, PDIP Gelar Dapur Umum Cegah Stunting hingga Gerakan Merawat Pertiwi

Tak hanya itu, penelitian juga menunjukkan mengonsumsi makanan protein hewani leih dari satu jenis lebih menguntungkan dibanding mengonsumsi makanan dari hewani tunggal.

Kendati demikian, di Indonesia konsumsi telur, daging, susu, dan produk turunannya termasuk yang rendah di dunia, sebagaimana yang ditunjukkan oleh data Food and Agriculture Organizatiom (FAO).

Padahal, Indonesia memiliki kekayaan alam yang tinggi mengenai potensi sumber daya protein hewani.

Baca Juga : Meninggal Dunia karena Serangan Jantung, Simak Profil Lengkap Lieus Sungkharisma

Data Susenas 2022 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi protein per kapita sehari 62,21 gram.

Konsumsi telur dan susu sebanyak 3,37 gram, daging 4,79 gram, dan ikan serta jenis makanan laut sebanyak 9,58 gram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

SHARE
Share Whatsapp Share Facebook Share Twitter Share Link